Rabu, 22 Juli 2009

Kepemimpinan

Bab I

Memahami Kepemimpinan

A. Pengertian Kepemimpinan

Dari aspek etimologis dapat ditelususri sebagai berikut :

  1. Kepemimpinan diadopsi dari bahasa inggris yaitu leadership. Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang artinya memimpin.
  2. Lebih lanjut kepemimpinan tersebut dapat dipahami dengan to show the way to by going an advance.
  3. Bertolak dari pengertian secara harfiah tersebut di atas maka dengan demikian memimpin merupakan suatu pekerjaan seseotang tentang bagaimana cara-cara untuk mengarahkan (direct) orang lain.

B. Devinisi Kepemimpinan

Berbeda dengan konteks pemaknaan etimologis, pemaknaan melalui definisi ini lebih tersetruktur, dan dengan mengedepankan upaya belajar dari fenomena, kemudian mengalami proses abstraksi, sehingga diperoleh pengertian konseptual yang relative tertata. Berbicara mengenai definisi kepemimpinan, hingga saat ini belum ditemukan sebuah definisi yang lengkap dan eawkili pengertian kepemimpinan secara menyeluruh.

Bukti adanya variasi definisi kepemimpinan ditunjukkan oleh adanya sudut pandang para ahli yang berbeda. Adapun beberapa contoh yang dikemukakan oleh para ahli kepemimpinan dapat diterangkan di sini adalah (As’ad, 986:2) :

  1. Kepemimpinan adalah kegiatan yang mempengaruhi orang-orang agar supaya bekerja dengan ihklas untuk mencapai tujuan bersama (Terry, 1954)
  2. Kepemimpinan merupakan suatu proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Stogdill, 1977)
  3. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat (Davis, 1977)
  4. Kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga dalam tugasnya, atau merubah tingkah laku mereka (Wexley & Yukl, 1977)
  5. Kepemimpinan adalah suatu seni atau proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok (H. Koontz dan O’Donnel, 1982)
  6. Kepemimpinan merupakan kemampuan memperoleh consensus dan keikatan pada sarana bersama melampau syarat-syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman, sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja (Cribbin, 1982)
  7. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama (Rost, 1993)

C. Pimpinan dan Manajer

Yang membedakan antara manajer dengan pemimpin menurut Warren Bennis :

  1. Manajer administer, leader innovate (manajer mengelola; pemimpin membuat inovasi)’
  2. Manager aintain, leader develop (manajer mempertahankan; pemimpin mengembangkan)
  3. Manager control, leader inspire (manajer mengawasi; pemimpin menginspirasi)
  4. Manager short-term, leader long-ter view (mmanajer berpandangan jangka pendek; pemimpin berpandangan jangka panjang)
  5. Manager asw how and when, leader ask what and why (manajer bertanya “bagaimana dan kapan”;Pemimpin bertanya “apa dan mengapa”)
  6. Manager imitate, leader originate (manajer meniru; pemimpin orisinal)
  7. Manager accept the status are, leader challenge it ( manajer menerima keadaan; pemimpin menantang keadaan)
  8. Manager does things right, leader does the right things (manajer melakukan tindakan dengan benar; pemimpin melakukan tindakan yang benar)

Bab II

Proses Kepemipinan

A. Modal sebagai pemimpin

Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancer dan berhasil dalam melakukan inisiasi terhadap kelopok perlu didukung oleh kemampuan pemimpin. Kemampuan tersebut merupakan odal utama yang perlu dan dikembangkan dari waktu ke waktu. Kemampuan yang dimaksud sebagai odal utama ini berasal dari factor intrinsic atau berada dalam diri seorang pemimpin itu sendiri. Modal utama tersebut berujud :

1. Ability (Kemapuan)

2. Capability (Kesanggupan/kemauan)

3. Personality (Kepribadian)

Ability (kemampuan) adalah merupakan background yang dimiliki oleh pemimpin mengenai tingkat kemampuan, yang dapat meliputi pengetahuan, keahlian dan ketrampilan baik yang diperoleh secara formal, non formal maupun bersumber dari pengalaman pribadi, yang bermanfaat bagi kepemimpinannya

Capability (kesanggupan) merupakan kondisi mental psikologis seseorang pemimpin yang mencerminkan kemantapan dan kesanggupan penuh untuk memikul segala konsekuansi jabatan, dan kepemimpinan

Personality (kepribadian), lebih merupakan pancaran dari karakter pemimpin itu sendiri, yang menyangkut sifat atau watak yang melekat pada dirinya. Personality ini terbentuk dari sifat-sifat genetis maupun lingkungan pendidikan. Sifat genetis merupakan hal yang bersifat bawan sejak lahir, atau keturunan. Sementara watak yang terbentuk melalui pendidikan berasal dari lingkungan keluarga, pendidikan, masyarakat atau secara formal di bangku sekolah.

B. Proses memimpin

Pemahaman tentang proses memimpin itu sendiri adalah menyangkut masalah kapasitas pemimpin dalam menyampaikan pengaruh dan motivasi orang lain (bawahan) dalam rangka mengurangi terjadinya konflik tujuan atau objective conflict, sehingga akan tercapai hubungan kepentingan timbale balik.

Keberadaan seorang individu dalam memasuki suatu organisasi juga memiliki motif tertentu, seperti harapan dan kebutuhan . Dengan demikian setelah masuk dalam organisi jelas ia akan memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh organisasi. Sementara itu terbentuknya kelompok-kelompok informal dalam suatu organisasi sangat memungkinkan sekali, apabila terdapat beberapa orang dengan latar belakang yang hamper sama, kepentingan atau hobby yang sama. Jika ada perbedaan dalam atau antar kelompok tersebut maka sangat mungkin kelompok tersebut mengganggu pencapaian tujuan organisasi. Keadaan ini harus dinetralisir dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat.

Timbulnya beberapa kelompok informal juga dapat menghadirkan pertentangan antar kelompok, perselisihan atau persaingan yang tidak sehat. Fungsi pemimpin dalam hal ini harus dapat memanfaatkan dan mengarahkan kelompok-kelompok tersebut agar semakin dekat dengan tujuan organisasi, dan mendukung organisasi.

Dari sini dapat semakin dipertegas bahwa kemungkinan yang terjadi dalam organisasi adalah terjadinya perbedaan dan persamaan tujuan antara orang-orang dengan organisasi. Adapun secara rinci persamaan dan perbedaan tersebut bisa meliputi :

1. Sama tujuan

2. Berbeda sebagian

3. Jauh berbeda

4. Bertolak belakang.

Bab III

Kekuasaan Pemimpin

A. Kekuasaan (Power)

Salah satu komponen penting untuk dibahas dalam kepemimpinan adalah masalah kekuasaan. Kekuasaan merupakan bagian yang melekat dalam kepemimpinan. Power sesungguhnya bukan merupakan satu-satunya hal yang menentukan seseorang pemimpin mencapai sukses, Tetapi power merupakan salah satu modal yang memberikan ruang bagi seseorang pemimpin untuk melakukan langkah-langkah yang lebih pasti dalam konteks implementasi kepemimpinan. Power merupakan sebuah prasyarat bagi seorang pemimpin tersebut menjadi eksis.

Power merupakan suatu bentangan kekuasaan serta aksentuasi kekuasaan yang dimiliki seseorang, baik bersumber pada kemampuan dan jati diri secara pribadi, atau merupakan mandat serta bentukan lingkungan, maupun bersumber pada kekuasaan lain berupa ketentuan hokum, peraturan formal, lembaga dan atau oranglain, selanjutnya dengan bentangan kekuasaan dan kekuatan yang diperoleh tersebut seseorang dapat mempengaruhi pihak lain.

Di sisi lain power dapat diartikan sebagai suatu yang bukan sekedar jelmaan dari kekuatan, power merupakan sebuah energy yang dapat digunakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain, tetapi tidak bersifat menekan. Setiap orang dapat menggunakan power, akan tetapi power digunakan sebagai sebuah kecakapan untuk mempengaruhi dalam kerangka kepemimpinan.

B. Tipe-tipe kekuasaan dilihat dari aspek sumber power

1. Reward Power

Reward Power merupakan kemampuan seseorang pemimpin dalam memberikan janji-janji. Atau dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar berperilaku tertentu atau melakukan tidakan tertentu, melalui janji-janji yang menarik. Kemampuan untuk memberikan janji yang menarik kepada bawahan agar bawahan mengikuti apa yang diinginkan oleh pemimpin merupakan reward power.

2. Legitimmate Power

Legitimate Power merupakan sumber kekuasaan yang diperoleh melalui kekuatan formal. Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan karena mendapat legitimasi dari kekuatan formal yang absah. Dengan demikian ia mempunyai posisi yang sah dan kuat untuk melakukan sesuatu sebatas kekuakasaan yang dimiliki secara sah tersebut. Biasanya pemimpin seperti ini merupakan pemimpin formal yang mendapat SK untuk melakukan kepemimpinan di suatu organisasi/instansi tertentu.

3. Coersive Power

Coersive Power ataua kekuasaan paksaaan adalah kekuasaan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dengan kekuasaan pemaksa, karena ia mempunyai kedudukan dan posisi yang sangat kuat. Dengan posisinya yang kuat tersebut maka seorang pemimpin dapat memberikan perintah dan dapat memaksa orang lain untuk bertindak tertentu. Bekerja dibawah tekanan kekuasaan orang lain tentu kurang menarik bahwakan membuahkan sebuah resistensi. Hanya lantaran anak buah ketakutan, maka anak buah bersedia melaksanakan perintah-perintah pemimpin. Suasana tersebut menjadi sangat tidak sehat dan tidak efektif, meskipun pekerjaan rutin tetap berjalan seperti sediakala.

4. Referent Power

Kekuasaan referensi merupakan suatu kekuasaan yang bersumber dari referensi yang dimiliki, yaitu sifat-sifat pribadi yang sangat positif, sehingga semakin baik sifat yang dimiliki seseorang pemimpin, akan semakin banyak disukai orang lain/anak buah. Kepribadian yang menarik itulah yang menjadi sumber kekuasaan pemimpin tersebut. Daya tarik yang menimbulkan kekaguman anak buah mengantarkan pada identifikasi yang kuat ke arah besarnya pengaruh pemimpin. Kekuasaan jenis ini merupakan kekuasaan rujukan.

5. Expert Power

Expert Power merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain yang bersumber pada kemampuan atau profesionalitasnya. Dengan demikian pemimpin yang memeiliki keahlian tertentu akan memiliki kemampuan secara professional untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan.

C. Implementasi Kekuasaan

Pemanfaatan kekuasaan untuk mendukung implementasi kepemimpinan dalam proses yang berjalan di dalam konteks organisasi sangat membutuhkan modifikasi secara professional. Sangat memungkinkan seorang pemimpin memiliki sumber kekauasaan lebih dari satu. Dengan istilah lain bahwa kekuasaan seorang pemimpin dapat dari beberapa sumber.

Para pemimpin yang memiliki lebih dari satu sumber kekuasaan, maka diharapkan dapat melakukan modifikasi dan improvisasi. Denga demikian akan mengalami pemaduan antar jenis kekuasaan secara serasi dan seimbang. Terpadunya beberapa jenis kekuasaan ini semakin memperkuat eksistensi pemimpin, dan semakin memperbesar pengaruh power terhadap anak buahnya. Besarnya pengaruh ini akan memberikan energy luar biasa kepada organisasi dalam mewujudkan tujuan dan visi dan misi.

D. Perpindahan Kekuasaan

Persamaslahan yang sering muuncul berkisar pada kekuasaan adalah pada transfer kekuasaan dari satu pihak ke pihak lain. Tranfer kepemimpinan seringkali dimaknai sebagai perpindahan kekuasaan. Secara lebih spesifik transfer kepemimpinan dapat juga diartikan sebagai pergantian kepemimpinan atau dapat pula diartikan sebagai regenerasi kepeimimpinan. Sebuah proses transisi dapat berlangsung mulus terbebas dari intrik politik dan maneuver, tetapi juga dapat berlangsung sebaliknya, bahkan dengan pertumpahan darah.

Sekalipun peralihan kekuasaan merupakan bagian dari proses politik, namun segala sesuatunya telah diatus melalui system perundang-undangan yang berlaku. Dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut, maka peralihan kekuasaan sudah memiliki pola dan mekanisme yang teratur, oleh karena itu sesungguhnya Negara telah menghindarkan dari pertumpahan darah. Dalam organisasi juga seringkali menerapkan system pergantian kepemimpinan dengan menggunakan pemilihan dalam pergantian, tetapi juga peralihan kepemimpinan yang berlangsung mengikuti jalur karier structural.

Bab IV

Teori Lahirnya Pemimpin

A. Sudut Pandang tentang munculnya pemimpin

Perbedaan tentang kelahiran pemimpin sering menyeruak diantara para ahli yang menekuni subyek ini. Namun akhirnya perbedaan tersebut bermuara pada suatu kesimpulan bahwa di satu sisis pemimpin dapat dilahirkan dan di sisi lainnya pemimpin dapat dibentuk. Dalam praktik sangat nyata bahwa dua simpulan ini benar, karena ada praktik dalam system regenerasi kepemimpinan diatur secara sisilah kedinastian yang jika dirunut dari awal munculnya system pemerintahan di suatu wilayah berasal dari satu keturunan tersebut, dan hal itu berlangsung secara terus menerus. Dengan demikian kepemimpinan tidak akan pernah berpindah dari suatu dinasti kepada dinasti lain kecuali melalui perebutan kekuasaan atau dengan pertumpahan darah. Sedangkan dalam praktik yang berbeda kepemimpinan berlangsung melalui peralihan yang sangat dinamis, bahkan diwarnai oleh intrik-intrik politik berbagai kubu. Proses ini menunjukkan bahwa siapa saja yang memenuhi persyaratan dapat mencalonkan diri sebagai seorang pemimpin. Proses pengangkatannya juga melalui pemilihan umum atau terbatas yang berlangsung secara terbuka. Peristiwa ini dapatdimaknai bahwa munculnya kepemimpinan bukan karena ikatan darah kebangsawanan, melainkan melalui sebuah proses pembentukan yang berlangsung lama.

B. Teori lahirnya pemimpin

Pemahaman tentang teori lahirnya pemimpin sebagai bagian yang dapat dikembangkan untuk mengenali praktik penyelenggaraan kepemimpinan yang sering beraneka ragam. Pisau analisis dapat semakin tajam ketika seseorang melakukan pengamatan baik proses pergantian, regenerasi ataupun kegiatan operasional terkait dengan kepemimpinan.

Dilihat dari sebab-musabab munculnya pemimpin, ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin yaitu (Kartono, 1998; 29) :

1. Teori Genetis (Hereditary Theory)

Hereditary theory atau teori keturunan merupakan pandangan yang membenarkan bahwa pemimpin itu dilahirkan. Dengan demikian sejalan dengan pandangan pertama bahwa seorang pemimpin itu hanya berasal dari kalangan tertentu, dan telah membawa sifat-sifat pemimpin sejak lahir. Sifat dari teori ini adalah deterministic dan fatalistic.

Sistem kepemimpinan serta regenerasi kepemimpinan berlangsung secara sacral dan penuh dengan pemujaan-pemujaan terhadap pemimpin yang dianggap sebagai orang besar. Sistem budaya local sebagai basis kepemimpinan dalam teori ini senantiasa melingkupi seluruh kehidupan dan kepemimpinan. Upacara dan ritual yang diselenggarakan selalu menjadi bagian penting dalam kepemimpinan, dengan tujuan memberikan kesan “perkasa” dan “agung” atas jati diri pemimpin.

2. Teori Sosial (sebagai lawan dari teori genetis) atau social theory.

Social theory merupakan teori yang sejalan dengan pandangan kedua, bahwa seorang pemimpin itu menjadi pemimpin melalui pembentukan dengan proses tertentu. Biasanya dalam hal ini ditempuh pendidikan formal, atau non formal yang dapat membantu seseorang untuk membentuk kemampuan sebagai pemimpin. Dari proses inilah seseorang menjadi mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin.

Masyarakat sebagai sebuah lingkungan social ikut membentuk dan memotori terbentuknya pemimpin. Seorang dapat tumbuh menjadi pemimpin dengan melalui kreativitas dan kontribusi yang diberikan oleh lingkungan social secara simultan. Di mana seseorang dibesarkan dalam sebuah lingkungan yang kondusif, dengan rangsangan-rangsangan kelompok berupa bekerja sama, memecahkan masalah bersama, diskusi, berjuang dan bermain bersama dan motivasi yang diberikan maka dapat mempermudah seseorang tersebut tumbuh menjadi pemimpin. Suatu lingkungan social yang memberikan keleluasaan anak untuk selalu mencari tahu, memperlakukan benda-benda sebagai eksperimen, mengeksplorasi lingkungan alam dan sebagainya, telah memberikan peluang social anak untuk berkembang dengan kepeloporan sesuai dengan pilihannya.

3. Teori Ekologis atau sintesis (yang muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut) atau Situational theory.

Situational Theory disebut juga dengan environment theory atau teori lingkunan. Berbeda dengan dua teori di atas, teori ini didasarkan pada munculnya seorang pemimpin yang diilhami oleh kondisi tertentu. Suatu situasi tertentu memungkinkan seseorang muncul sebagai tokoh yang mampu mengkoordinir pengikut. Pemimpin demikian muncul karena driving force yang bersifat situasional. Biasanya pemimpin ini sangat kondisional dengan keadaan yang dihadapi, artinay tokah yang muncul sebagai pemimpin disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan situasi pada waktu itu.

C. Sejarah, cerita dan Film untuk memahami teori lahirnya pemimpin.

Untuk mengajak pembelajar memahami teori-teori tersebut perlu diajak untuk menelusuri cerita-cerita rakyat yang mengandung kepemimpinan. Disamping itu cara yang paling mudah untuk menjelaskan teori-teori tersebut juga dapat melalui sejarah, ceritan dan film-film kepahlawanan serta kepemimpinan. Melalui sejarah, cerita, film tersebut pembelajar dari mengikuti deskripsi dan dialog terkait dengan kepemimpinan tersebut. Dari mana munculnya, asal-usul dari seorang pemimpin akan tampak pada cerita film tersebut. Dengan mempelajari seluk beluk kehidupan tokoh, pelaku serta keputusan-keputusan yang dikeluarkan, maka selanjutnya dapat diidentifikasi tentang katagori pemimpin berdasar pisau analisis teori lahirnya pemimpin.

Bab V

Menentukan Kepemimpinan

A. Faktor Penentu Kepemimpinan

Ada hal yang perlu dipelajari dalam upaya membentuk kemampuan memimpin. Potensi memimpin tersebut tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada unsure-unsur pembentuk. Di samping itu dalam kepemimpinan juga memerlukan pertimbangan kondisional terkait dengan kepemimpinan tersebut. Hal ini sangat relevan dengan adanya permasalahan yang tidak kalah pentingnya dalam kepemimpinan adalah bagaimana menjalankan kepemimpinan itu sendiri.

Permasalahan ini menyentuh pada garis-garis pokok yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin agar dapat menjalankan aktivitas kepemimpinan dengan baik. Menurut Huneryager dan Heckman di dalam konsep Deciling How To Lead (dalam Utomo, 1995;8), ada tiga penekanan yang harus diperhatikan sehingga seorang pemimpin dapat memimpin dengan baik, yaitu :

1. Social background, knowledge, experience dari seorang pemimpin meliputi :

a. Value system

b. Confidence

c. Leadership inclination

d. Security on uncertain situation

2. Expected behavior dari bawahan meliputi :

a. Needs for independence

b. Responsibility for decision making

c. Interested in the proble and feel that it is important

d. Understand and identify with the goal

3. Situation, yang meliputi :

a. type of organisasi

b. group effectiveness

c. the pressure of time

d. the problem itself

1. Fokus pada pemimpin

Pemimpin memegang peran yang sangat menentukan dalam aktivitas memimpin. Bertolak dari kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin tertentu akan memberikan kontribusi dan arah kepemimpinan yang lebih jelas. Kekuatan pada pemimpin atau forces in the manager kurang lebih yng dimaksudkan adalah bahwa kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin merupakan bagian penting dalam menentukan kepemimpinannya. Kemampuan pemimpin merupakan modal dasar yang dimiliki untuk melakukan kepemimpinan. Apakah pemimpin mempunyai kemampuan tertentu atau tidak, maka hal itu dapat memberikan arah kepemimpinan, energy kepemimpinan dan menentukan gaya dan perilaku memimpin secara spesifik, sehingga akan berbeda performance kepeimipinan seseorang dengan orang lainnya. Potensi yang terdapat dalah tubuh pemimpin secara internal sebagai factor pembentuk kemampuan pemimpin secara terperinci menurut Utomo (1995) dikemukakan sebagai berikut :

a. Social background (latar belakang social)

Apabila proses yang dialami positif maka akan mendukung bagi kepemimpinan seseorang, tetapi jika kontribusi dari lingkungan social itu berupa pngaruh-pengaruh negative dan membentuk watak yang negative maka akan ikut memberikan nuansa yang kurang baik dalam praktek kepemimpinan seseorang. Dengan demikian social background ini mempengaruhi perilaku, tindakan dan kebijakan kepeimimpinan seseorang. Dari latar belakang social seorang pemimpin tersebut dapat dilihat sisi lain, yaitu :

- His confidence in his subordinate (kepercayaan terhadap bawahannya)

- His own leadership inclination (kepemimpinan menurut kehendaknya sendiri)

- His feeling of security in uncertain situation (perasaan kemampuannya dalam situasi yang tak menentu)

b. Knowledge (ilmu pengetahuan)

Pembentuk kemampuan pemimpin dari latar belakang kehidupan memang menjadi bagian penting. Namun selain latar belakang social, yang dapat memperkuat seorang pemimpin, apakah ia mempunyai kepercayaan terhadap orang lain, dapat mengembangkan diri serta punya feeling yang baik tentang ketidakpastian waktu yang akan datang ini ditentukan oleh pengetahuan (Knowledge) memiliki peran penting. Pengetahuan merupakan input yang diperoleh seseorang melalui proses belajar. Belajar secara formal dan informal merupakan sebuah media yang hampir dipastikan diperoleh setiap pemimpin di jaman modern ini. Seseorang yang dalam proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan baik, maka input yang diperoleh berupa pengetahuan tersebut semakin baik.

Khusus para pemimpin yang bergerak di bidang pendidikan, penelitian, kediklatan, profesi apoteker, kedokteran, keteknikan, serta pengembangan ilmiah yang lain, sangat dominan pengaruh pengetahuan untuk melaksanakan fungsi kepemimpinan dan pengembangan diri. Dengan kata lain kepakaran seseorang sangat dibutuhkan, hal ini karena fungsi yang dilakukan dalam kepemimpinan terkait secara langsung dengan keahlian yang dimiliki. Tetapi secara umum kepemimpinan membutuhkan pengetahuan tentang cara memimpin yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap bidang kepemimpinan yang ada.

c. Experiences (Pengalaman-pengalaman)

Pengalaman (experiences) yang dimiliki seorang pemimpin memberikan warna dan sentuhan teknis serta kebijaksanaan dalam bertindak dan pengambilan keputusan. Jika pengetahuan ini dapat diperoleh secara formal melalui pendidikan maupun non formal, maka pengalaman diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, baik pengalaman teknis memimpin maupun pengalaman lain yang dapat menjadi masukan positif dalam kepemimpinan seseorang.

Semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin banyak variasi referensi pemimpin tersebut. Disamping itu semakin lama seseorang memegang kepemimpinan, maka semakin kaya pengalaman pemimpin tersebut. Dengan demikian kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, memberikan motivasi, dan fungsi-fungsi pemimpin yang lain akan semakain baik.

2. Fokus pada anak buah

Permasalahan kedua yang tidak mungkin diabaikan adalah bawahan itu sendiri, atau dalam hal ini di sebut dengan forces in the subordinate. Faktor anak buah merupakan bagian penting dalam proses kepemimpinan. Bawahan adalah pihak yang memiliki hubungan langsung dengan pelaksanaan tugas yang sangat menentukan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Apabila bawahan memiliki perilaku dan komitmen yang tinggi terhadap segala perintah, tugas, tanggung jawab makaakan melancarkan proses kepemimpinanseseorang. Sebaliknya jika bawahan mempunyai perilaku yang tidak sesuai maka akan menghambat kelancaran atau keberhasilan kepemimpinan seseorang.

Harapan-harapan bawahan yang tercakup dalam expected behavior meliputi empat hal sebagai berikut :

a. Need for independence (kebutuhan untuk mandiri)

b. Interested in the problem and feel that it’s important (ketertaikan dan menganggap penting suatu masalah)

c. Understand and identify with the goal (memahami dan identifikasi tujuan)

d. To expect to share in decision making (harapan terlibat dalam pengambilan keputusan)

3. Fokus pada situasi

Hal ketiga yang harus diperhatikan dalam kepemimpinan seseorang adalah forces in the situation. Situasimerupakan factor penentu keberhasilan kepemimpinan seseorang. Karena sifatnya yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, dengan munculnya tekanan dan hal-hal yang bersifat incidental memungkinkan seorang pemimpin harus memperhitungkan masalah waktu ini. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan masalah situasi adalah :

a. Type of organisasi (tipe organisasi)

Tipe organisasi terbuka tentu akan berbeda dengan tipe organisasi tertutup. Tipe organisasi tertutup segala sesuatunya diatur secara kaku, ada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Dengan begitu maka kepemimpinan selalu bertolak dari juklak dan juknis. Berbeda dengan organisasi tertutup, situasi yang dibentuk dalam organisasi system terbuka adalah lebih bersifat dinamis, penuh dengan diskusi, biasa dengan perbedaan, sehingga pemimpin harus dinamis pula di dalam memimpin.

b. The problem inself (permasalahan itu sendiri)

Problem yang dihadapi oleh organisasi merupakan salah satu penentu kepemimpinan seseorang, apakah seseorang dapat mengambil gaya kepemimpinan otoriter atau demokratis. Untuk dapat menentukan sikap pemimpin harus melihat permasalahan itu sendiri. Substansi masalah pada level kebijakan atau pelaksanaan, waktunya mendesak atau tidak untuk diselesaikan, permasalahannya sederhana atau rumit, sifat masalah penting atau tidak.

c. Group effectiveness (efektivitas kelompok)

Efektivitas kelompok merupakan modal yang tidak dapat di abaikan, sebab kepemimpinan seseorang juga ditentukan oleh efektif tidaknya suatu kelompok. Kelompok yang dimaksud adalah dapat mencakup pengertian kelompok formal yang ada dalam organisasi, yang terbentuk sesuai dengan ketentuan resmi organisasi. Disamping itu kemungkinan dalam organisasi juga terbentuk kelompok non formal.

Kelompok formal maupun non formal dapat bersifat efektif atau tidak. Yang efektif dapat dimanfaatkan oleh pimpinan untuk mendukung mencapai tujuan organisasi, sebaliknya yang tidak efektif dapat mengganggu pencapaian tujuan organisasi. Pada kelompok yang tidak efektif, maka pemimpin harus memainkan peran secara dominan. Pemimpin harus menjelma menjadi pengarah, mandor, dan executor dalam memori kegiatan rutin sekalipun.

d. Type of pressure (tipe tekanan)

Tekanan-tekanan yang terjadi dalam organisasi juga harus diperhatikan, karena dengan melihat tekanan tersebut pemimpin dapat mengambil strategi dan langkah-langkah yang efektif untuk menjalankan kepemimpinannya.

Bab VI

Efektivitas Kepemimpinan

A. Pengaruh dan Motivasi dalam efektivitas kepemimpinan

Pemimpin harus dapat mempengaruhi dan memotivasi bawahan. Di dalam usaha mempengaruhi dan memotivasi tersebut kemungkinan yang dicapai adalah sukses atau tidak sukses. Sukses berarti pemimpin berhasil dalam mempengaruhi bawahan sehingga bawahan mengikuti atau melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diperintahkan, dengan demikian tujuan organisasi tercapai dengan baik. Sedangkan tidak sukses berarti pemimpin gagal dalam mempengaruhi dan memotivasi bawahan sehingga perilaku dan tindakan bawahan tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh pemimpin, sehingga tujuan organissi tidak dapat tercapai dengan optimum.

B. Tingkatan efektivitas

Efektivitas kepemimpinan seseorang harus diawali oleh adanya efektivitas pada level individu, yang kemudian akan membentuk efektivitas pada kelompok-kelompok, dan akhirnya membentuk efektivitas organisasi. Jika individu-individu dalam organisasi efektif, maka kesadaran yang tinggi akan memiliki oleh setiap individu sehingga mampu mendisiplin diri, mengontrol diri sendiri, bekerja dengan tekun, produktivitas tinggi dan akhirnya efektif dalam menyelesaikan tugas. Jika individu-individu yang efektif tersebut berkumpul maka terbentuklah kelompok yang efektif dan jika kelompok terse but efektif akan menjadi pendukung kuat terhadap organisasi yang efektif.

C. Kemampuan pemimpin untuk menuju efektivitas

Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa kemampuan pemimpin memegang peranan utama untuk menentukan efektivitas kepemimpinan seseorang. Sejumlah kemampuan umum sebagai modal dasar kepemimpinan berupa kapasitas, kapabilitas, dan kepribadian pemimpin menjadi bagian utama yang melandasi keseluruhan kecakapan teknik yang harus dikembangkan dalam praktik kepemimpinan. Melalui kemampuan umum tersebut maka seseorang dapat memperoleh inspirasi dalam mengembangkan kecakapan lain dalam upaya menggerakkan roda kepemimpinan dalam organisasi. Adapun kemampuan teknik kepemimpinan tersebut menurut James L Perry (Utomo;1995;7) antara lain :

a. Skill

Skill atau kecapakan merupakan kemampuanteknis yang bersifat operasional terkait dengan aplikasi bidang ilmu atau disiplin ilmu yang diperlukan dalam melakukan konsultasi, pembimbingan, penjelasan-penjelasan terkait dengan kegiatan khusus yang dilakukan oleh anak buah.

b. Responsiveness to democratic institution

Kemampuan mengendalikan situasi merupakan sebuah aksentuasi politis yang perlu diwujudkan dalam sebuah pendekatan yang relevan. Secara umum anak buah menuntut responsivitas sebuah situasi demokrasi, sehingga seorang pemimpin tidak dapat mengabaikan peran anak buah.

c. Network ability

Kemampuan dalam membangun jaringan perlu dimiliki, supaya pemimpin dapat memperoleh saluran dan energy yang dapat memperbesar fasilitas pengembangan kepemimpinan secara efektif. Dengan jaringan yang luas, maka tersedia opsi untuk pemimpin dalam upaya memperoleh informasi, sumber daya,

d. Focus on result

Suatu proses kepemimpinan yang seringkali menyita waktu dan pengorbanan tenaga, biaya serta alat adalah jika energy kepemimpinan terkuras pada peraturan, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, prosedur dan mekanisme kerja secara dominan. Untuk melihat proses kerja membutuhkan konsentrasi, perhatian, waktu serta menyita tenaga, sedangkan kegiatan ini hanya memasung kreativitas anak buah, di samping membuahkan kepenatan bagi pemimpin itu sendiri.

e. Balance

Keseimbangan yang dapat diciptakan merupakan sebuah indicator efektivitas kepemimpinan. Kata keseimbangan mengandung makna adanya hubungan fungsional antara dua sisi yang berkebalikan atara satu atas lainnya. Keseimbangan dalam kepemimpinan organisasi menyangkut dua pihak yang berhadapan, dengan mempertautkan kepentingan yang berbeda antara satu atas lainnya, sehingga masing-masing menuntut atas hak dan kewajiban yang saling berlawanan.

D. Skill Memimpin

Seorang pemimpin perlu memfokuskan diri untuk mencapai efektivitas dalam kepemimpinan. Secara umum dengan mempergunakan capability, capacity, serta personality secara terpadu, maka seorang pemimpin dapat mencapai efektivitas. Tetapi untuk memanfaatkan kemampuan, kesanggupan serta kepribadian yang dimiliki perlu didukung oleh sebuah kecakapan dalam mengimplementasikan modal dasar tersebut kedalam sebuah pendekatan, sikap dan tindakan kepemimpinan yang nyata. Kecakapan pemimpin atau sering dikenal dengan manajerial skill perlu dikuasai. Untuk itu agar seorang pemimpin dapat menjadi efektif kepemimpinannya, dituntut memiliki kecakapan manajerial sebagai berikut :

a. Conceptual skill

Konseptual skill merupakan ketrampilan untuk dapat mengembangkan ide dan kerangka pemikiran sehingga dalam membuat keputusan organisasi dapat dilakukan dengan baik. Pimpinan harus mempunyai wawasan luas, baik menyangkut masalah intern organisasi maupun ekstern. Dengan demikian pemimpin akan dapat mempunyai pengertian yang menyangkut persoalan mikro maupun makro organisasi, sehingga dapat menangkap setiap permasalahan yang muncul.

b. Human skill

Human skill merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Ketrampilan ini berkaitan erat dengan permasalahan bagaimana pemimpin membina hubungan dengan anak buah, sesame pimpinan setingkat atau pimpinan di atasnya. Di samping itu pekerjaan-pekerjaan lain yang sangat ditentukan oleh ketrampilan ini adalah bagaimana pemimpin mengkomunikasikan tugas, meminta pertanggungjawaban, melakukan koordinasi dan lain-lain.

c. Technical skill

Ketrampilan teknis selanjutnya dibebankan terbanyak pada pimpinan level bawah. Pimpinan level paling bawah bertugas pada pekerjaan dan pengawasan pekerjaan yang paling teknis. Untuk itulah ia harus benar-benar menguasai masalah teknis operasional, sehingga ia bisa melakukan pengawasan atas pekerjaan anak buahnya, member konsultasi, nasihat, pengarahan dan bimbingan kepada bawahannya secara tepat.

Bab VII

Implementasi teori sifat kepemimpinan

A. Teori Sifat Kepemimpinan

Teori sifat kepemimpinan disebut juga Traith Theory. Sesuai dengan namanya teori sifat ini berangkat pada keberadaan sifat-sifat/watak/karakter yang melekat pada setiap individu. Pada setiap orang melekat pada dirinya sifat-sifat bawaan yang akan mewarnai segala tingkah laku, perbuatan, tindakan dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Pada seorang pemimpin sekalipun juga tidak dapat dipungkiri adanya pengarus sifat-sifat pribadi yang memberikan nuansa pada kepemimpinannya. Oleh karena itu sifat pribadi dalam konteks pemahaman teori ini dipandang penting. Dengan demikian penganut teori sifat ini memandang penting peranan sifat manusia dalam kepemimpinan. Hal ini diperkuat oleh adanya asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :

a. Setiap individu memiliki watak atau sifat yang melekat pada dirinya.

b. Sifat-sifat individu tersebut dapat mempengaruhi image orang lain atas individu tersebut.

c. Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat, peragai, cirri yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.

Adapun sifat kepemimpinan yang dimaksud meliputi dua hal yaitu mencakup :

1. Sifat Fisik

Sifat fisik adalah sifat yang melekat pada seorang individu, yang secara visual mudah untuk diketahui orang lain, dapat menimbulkan kesan tertentu yang dapat mempengaruhi sikap dan penilaian bagi orang yang melihatnya, sehingga seseorang dapat mempresepsikan dan memberikan penilaian atas diri seseorang.

2. Sifat psikologis

Sifat psikologis merupakan situasi kejiwaan/batin seseorang yang termanifestasikan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan tindakan. Dengan demikian sifat psikologis ini hanya akan terbaca atau diketahui oleh seseorang melalui tingkah laku, sikap dan tindakan sehari-hari.

B. Implementasi teori Ordway Tead

Pendapat Ordway Tead sebagai tokoh pendukung teori sifat mengatakan bahwa ada beberapa sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin dapat mencapai efektivitas dengan mengembangkan sifat-sifat yang dimiliki antara lain sebagai berikut :

1. Physical and nervous nenergy ( Energi jasmani dan rohani)

2. Anthusiansm (antusiasme)

3. A sense of purpose and direction (kepastian akan maksud dan arah tujuan)

4. Freindlieness an effectiveness (keramah tamahan)

5. Integrity (integritas/ pribadi yang bulat)

6. Technical astery (kecakapan teknis)

7. Decisioness (kemudahan pengambilan keputusan)

8. Intelligence (Cerdas)

9. Teaching skill (kecakapan mengajar)

10. Faith (keyakinan)

C. Impelentasi teori Keith Davis

Dalam teori Davis disebutkan beberapa sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin, Jika dibandingkan dengan teori Tead, maka bangunan teori davis dalam Sulistiyani (2006;55) jauh lebih sederhana yaitu :

1. Kecerdasan (Intellegence). Hasil penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda.

2. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas (Social maturity and breadth of knowledge). Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan perhatian yang luas.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi (inner motivation and achievement desires). Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan prestasi yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik daripada ekstrinsik.

4. Sikap-sikap hubungan manusiawi (Human relations attitudes). Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada karyawan.

D. Impelentasi teori Cheser I Bernard

Berbeda dengan bangunan teori sifat sebelumnya, khususnya Cheser I Bernard secara tegas memilah konstruksi teoritis yang dibangunnya. Bernard membedakan sifat kepemimpinan menjadi dua yaitu meliputi sifat pribadi berupa sifat fisik dan sifat pribadi yang berupa sifat subyektif. Sedangkan masing-masing bangunan sifat tersebut diperinci dalam Winardi (2000;83) sebagai berikut :

1. Sifat Fisik meliputi :

a. Skill (kecakapan)

b. Technology (teknis)

c. Perception (daya tangkap)

d. Knowledge (pengetahuan)

e. Memory (daya ingat)

f. Imagination (Imajinasi)

2. Sifat Subyektif :

a. Determination (Keyakinan)

b. Persistence (Ketekunan)

c. Endurance (daya tahan)

d. Courage (Keberanian)

E. Implemmentasi teori John D. Millet

Konstruksi teori dari Millet bertolak dari kemampuan sebagai suatu sifat penting. Segala sesuatu hendaknya dilandasi oleh kemampuan. Ada empat kemampuan yang sebaiknya dimiliki oleh pemimpin menurut Millet dalam Sulistiyani (2006;56), yaitu :

1. The ability to see an enterprise as a whole (Kemampuan untuk melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan).

2. The ability to ake decisions (Kemampuan mengambil keputusan)

3. The ability to delegate outhority (Kemampuan mendelegasikan wewenang).

4. The ability to coand loyality (Kemampuan untuk menanamkan kesetiaan/memberi komando kesetiaan).

F. Implementasi teori Empu Prapanca (pancadasa sifat kepemimpinan)

Salah satu referensi teori sifat adalah konstruksi teori dari Empu Prapanca. Teori ini dibangun dengan menggunakan filosofi Jawa sesuai dengan latar belakang penulisnya. Teori yang dibangun Prapanca dalam Sulitiyani (2006;57) adalah :

1. Wijnana (sikap bijaksana)

2. Mantri wira (pebela Negara sejati)

3. Wicaksanang naya (kemampuan menganalisa dan mengambil keputusan)

4. Matanggwan (mendapat kepercayaan bawahan)

5. Satya bakti harprabhu (loyal pada atasan)

6. Wakjnana (pandai berdiplommasi)

7. Sajjawopasama (rendah hati dan manusiawi)

8. Dhirottsaha (kreatif, rajin)

9. Tan lalana (periang)

10. Disyacitta (jujur)

11. Tan satrisna (tidak egois)

12. Asihi samastha bhuwana (penyayang)

13. Ginong pratidino (menegakkan kebenaran)

14. Samantri (abdi Negara yang baik)

15. Anayakan musuh (mampu membinasakan lawan)

G. Implementasi teori Ruslan Abdul Gani

Bagian terakhir dari pemahaman dan implementasi teori sifat ini perlu disampaikan bahwa Gani dalam Sulistiyani (2006;58) lebih memberikan penekanan pada aspek-aspek sebagai berikut :

1. Moral dan akhlak

2. Jiwa dan semangat

3. Ketajaman intelek dan persepsi

4. Ketekunan dan keuletan jasmaniah

H. Simpulan

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimak betapa sangat beragamnya sifat-sifat yang diunggulkan oleh masing-masing ahli. Ketidak seragaman pendapat ini merupakan kesulitan tersendiri bagi penerapan teori sifat dalam menilai atau mengevaluasi kepemimpinan seeorang. Ini merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki oleh teori sifat, dan masih ada beberapa kelemahan yang lain yang menyebabkan teori sifat ini sulit untuk dikembangkan dalam kajian kepemimpinan. Adapun kelemahan yang lain meliputi :

a. Tidak ada kesepakatan dari para pendukung teori sifat tentang sifat-sifat mana yang diunggulkan.

b. Teori sifat hanya bersifat deskriptif, tanpa disertai analisis tentang bagaimana kaitan teori sifat dengan keberhasilan seorang pemimpin

c. Tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang dipandang unggul dengan efektivitas kepemimpinan

d. Situasi yang berbeda menuntut sifat-sifat pemimpin yang berbeda.

Bab VIII

Teori Perilaku (Behavior Theory)

A. Model Perilaku

Pendekatan dengan model perilaku membahas suatu cara untuk mengidentifikasi pemimpin yang efektif melalui profil perilaku pemimpin, antara lain perilaku yang disebut :

1. Menurut teori X, pemimpin percaya bahwa bawahannya termotivasi semata-mata karena uang, tidak mau bekerja sama, dan mempunyai kebiasaan buruk, sehingga pemimpin harus menggunakan gaya kepemimpinan direktif.

Menurut teori Y, pemimpin percaya bahwa bawahannya tidak sekedar termotivasi oleh uang, mau bekerja sama dan sebagai pekerja yang baik, oleh karenanya dalam kondisi seperti ini pimpinan menggu nakan gaya kepemimpinan partisipatif.

2. Teori Z oleh William Ouchi: Prinsipnya teori ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya komitmen terhadap pegawai seumur hidup

b. Penilain dan promosi yang lambat

c. Pengambilan keputusan atas dasar konsensus

d. Tanggung jawab secara kolektif

e. Kontrol secara implisit dan bersifat informal

f. Perhatian sepenuhnya kepada pegawai.

3. Model OHIO State University : mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yaitu :

a. Penuh perhatian, dengan mengekspresikan apresiasi ketika bawahan melaksanakan pekerjaan dengan baik, membantu problem personil yang dihadapi dan menaruh rasa hormat terhadap bawahan.

b. Gaya memprakarsai suatu struktur, seperti : menugasi bawahan dengan tugas-tugas tertentu, menetapkan standart prestasi kerja, mengatur pekerjaan yang harus diketrjakan bawahannya, menganjurkan menggunakan prosedur-prosedur tertentu.

4. Model Geradi Manajerial : Mengidentifikasi variasi gaya dari kombinasi antara orientasi hasil dan orientasi orang yang menghasilkan, meliputi :

a. Gaya yang kurang efektif yang ditandai dengan rendahnya hubungan dengan orang dan hasil.

b. Gaya moderat yang ditandai dengan memperhatikan keseimbangan terhadap orientasi hubungan dengan orang dan hasil kerja pada tingkat yang cukup memuaskan.

c. Gaya menekan kepuasan pegawai dengan mengorbankan penyelesaian tugas.

d. Gaya menekan kepuasan pegawai dengan mengorbankan orientasi tinggi terhadap pencapaian hasil kerja

e. Gaya yang tinggi terhadap hubungan sesama orang.

B. Model Kontingensi

Model Kontingensi : memfokuskan pada pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi masalah yang dihadapi.

Teori ini meliputi teori kontingensi Fiedler, Robert House (the path –goal theori), teori Vroom-Yetton, serta teori daur hidup Hersey dan Blanchart.

A. Teori kontingensi Fiedler.

Menurut teori tersebut kepemimpinan yang berhasil bergantung pada penerapan gaya seorang pemimpin terhadap tuntutan situasi. Sehingga gaya kepemimpinan akan terasa efektif kalau gaya tersebut digunakan pada situasi yang tepat.

1. Gaya kepemimpinan menurut Fiedler dikelompokan :

a. Kepemimpinan yang berorientasi pada orang (hubungan). Gaya ini menekankan rasa percaya penuh.

b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Gaya ini menyukai kerja keras.

2. Faktor-faktor situasional yang membantu pemimpin dalam menetapkan gaya kepemimpinannya secara efektif. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Hubungan anggota dengan pemimpin

2. Struktur tugas

3. Kuasa dalam posisinya sebagai pemimpin.

3. Kombinasi antara gaya kepemimpinan dengan situasi.

Pemimpin yang akan menggunakan gaya kepemimpinannya terlebih dahulu menditeksi sampai sejauh mana kelompok yang dipimpinnya menerima atau menolak keberadaannya, sejauh mana tingkat kerumitan/kesederhanaan dan tingkat rutinitas/insidental tugas-tugas yang ada, serta sampai sejauh mana tingkatan posisi yang dimilikinya.

4. Gaya kepemimpinan yang efektif

Keefektifan kepemimpinan tergantung pada keinginan dan kreatifitas kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga tugas utama pemimpin yang menggunakan gaya orientasi pada hubungan adalah menjaga suasana kelompok agar tetap kohesif.

5. Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dari gaya-gaya trsebut adalah baik gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas maupun gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan, efektif digunakan tetapi tidak sesuai untuk setiap situasi.

B. Teori Robert House.

Teori yang dikembangkan oleh Robert House ini menyatakan bahwa pemimpin yang efektif menjelaskan jalur, alat-alat yang dapat digunakan oleh bawahan untuk mencapai kepuasan dan prestasi kerja yang tinggi.

1. Faktor Situasional. Variabel yang berdasarkan kemungkinan :

a. berdasarkan karakteristik pegawai

b. berdasarkan pada karakteristik tugas.

2. Gaya Kepemimpinan.

Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa kepemimpinan yang efektif melibatkan penyeleksian gaya yang paling sesuai dengan variabel situasional tertentu. Variabel tersebut meliputi kemampuan pegawai untuk mengerjakan tugas, kebutuhan yang ada padanya, serta karakteristik tugas.

Ada empat gaya kepemimpinan yang menjadi perilaku pemimpin yaitu :

a. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi

b. Kepemimpinan Direktif

c. Kepemimpinan Partisipatif

d. Kepemimpinan suportif.

a. Implikasi Manajerial.

i.Gaya suportif, efektif digunakan ketika pegawai menghadapi tugas rutin yang sulit dikerjakan, perlu pemberian dorongan semangat dan penanaman rasa percaya diri dari atasan.

ii.Gaya Direktif, efektif digunakan ketika bawahan menghadapi tugas-tugas yang tidak rutin dan komplek.

iii.Gaya Partisipatif, efektif digunakan ketika pemimpin membutuhkan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maupun pada saat bawahan menghadapi tugas tidak rutin dan rumit.

iv.Gaya berorientasi prestasi, efektif digunakan ketika bawahan tinggal menerima paket kerja, keputusan datang dari atas ke bawah.

C. Teori Vroom-Yetton

Menurut teori ini keputusan manajerial dipengaruhi oleh sifat masalah-masalah yang menjadi suatu pertentangan.

1) Gaya kepemimpinan

a. Pemimpin memecah problem sendirian dengan menggunakan informasi yang tersedia padanya pada saat problem tersebut muncul. (A I)

b. Pemimpin mendapatkan informasi yang diperlukan dari bawahannya, kemudian memutuskan problem tersebut secara sendirian (A II). A I dan A II dua gaya Autocratic yang berbeda.

c. Pemimpin memberitahukan problemnya kepada seseorang bawahannya yang berkaitan dengan problem tersebut, untuk mendapatkan ide dan saran-sarannya, selanjutnya pemimpin membuat keputusan (bisa terpengaruh, bisa tidak pada bawahannya (C I).

d. Pemimpin memberitahukan problem kepada bawahan dalam satu kelompok, kemudian bersama-sama mencari ide dan saran pemecahan. Selanjutnya pemimpin mengambil keputusan, bisa terpengaruh atau tidak terhadap kelompok. (C II). C I dan C II dua gaya Consultative yang berbeda.

e. Pemimpin memberitahukan problem kepada bawahannya dalam satu kelompok. Pimpinan bersama-sama menyimpulkan dan menguji alternatif hingga mencapai suatu kesepakatan terhadap pemecahan yang diambil. (G II) G II gaya yang ada pada kelompok (group).

Bab IX

Teknik-Teknik Memimpin

A. Aspek Penting Teknik Memimpin

Pemimpin dalam menjalankan tugasnya perlu mengingat dan berpedoman kepada teknik-teknik memimpin. Karena dengan memperhatikan teknik-teknik tersebut pemimpin dapat melakukan langkah yang tepat dalam rangka mengarahkan anak buahnya. Bagaimanapun pendekatan yang tepat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin agar apa yang disampaikan kepada anak buah lebih dapat tersosialisasikan kedalam setiap pribadi anak buah tersebut. Dengan tersosialisasikannya perintah, teguran, nasihat dan lain-lain, maka anak buah mempunyai keyakinan yang lebih baik.

B. Teknik Memberi Perintah

Fungsi pemimpin adalah memberikan pengarahan dan memberikan motivasi, Untuk memberikan pengarahan kepada anak buah, seorang pemimpin harus menguasai cara-cara memberikan perintah yang tepat. Dengan teknik member perintah tersebut, seorang pemimpin diharapkan dapat lebih efektif di dalam mempengaruhi dan mengarahkan anak buah.

Memberikan perintah merupakan salah satu fungsi seorang pemimpin yang harus dijalankan dalam mengendalikan perilaku bawahan terkait dengan tugas-tugasnya. Memberikan peritah harus menggunakan teknik-teknik yang baik, agar perintah yang disampaikan dapat mencapai sasaran secara efektif. Teknik memberikan perintah memperhatikan beberapa persyaratan antara lain, perintah tersebut harus:

1. Reasonable (mempunyai alasan dan latar belakang yang kuat)

2. Clear (menggunakan bahasa yang jelas, mudah dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi ganda)

3. Complete (harus lengkap dan tidak ada yang terlupakan).

C. Teknik Menegur

Teknik memberikan teguran kepada bawahan juga harus memperhatikan pada beberapa prinsip menegur. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah bahwa sebaiknya teguran bersifat langsung, dilakukan secara tertutup dan teguran yang diberikan tersebut harus bersifat proporsional.

D. Teknik Menghargai

Teknik menghargai bawahan juga harus diperhatikan seorang pemimpin, mengingat bahwa dalam rangka memotivasi bawahan kadang-kadang seorang pemimpin harus memberikan penghargan kepada bawahan tersebut. Orang akan senang jika dihargai, oleh karena itu untuk menumbuhkan semangat kerja bawahan pemimpin perlu memberikan penghargaan kepada bawahan. Penghargaan tersebut dapat bersifat materi dan non materi.

E. Teknik Menerima Saran

Teknik menerima saran juga harus diperhatikan, Adapun dalam menerima saran ini seorang pemimpin dapat melakukan secara langsung atau tidak langsung, seperti melalui kotak saran. Namun sebaiknya seorang pemimpin dalam menerima saran, tidak memberikan reaksi spontan.

F. Teknik Memelihara Identitas

Teknik memelihara identitas merupakan sarana yang penting guna tetap menjaga soliditas anggota kelompok. Sebelum memelihara identitas, seorang pemimpin perlu menciptakan identitas. Identitas yang dibuat sebaiknya merupakan identitas yang menjadikan kebanggan bagi anggota. Dengan demikian komitmen anggota terhadap organisasi menjadi kuat. Identitas yang dimaksud adalah hal yang mencirikan suatu kelompok dan membedakan dengan kelompok lain seperti atribut, nama, lambiag, kostum, bendera, logo serta semboyan.

G. Teknik Mengenalkan Anggota Baru

Teknik mengenalkan anggota baru merupakan cara bagaimana seorang pemimpin menyambut kehadiran anggota baru dengan upaya agar anggota baru tersebut mudah melakukan adaptasi, dan sekaligus segera mengenali kelompok yang baru dimasuki. Mengenalkan anggota baru merupakan kewajiban pemimpin, untuk membantu anggota baru dalam mempelajari kelompok, aktivitas, maupun pola hubungan baik formal maupun non formal yang berlangsung dalam organisasi. Pengenalan dilakukan dengan mempergunakan media sebagai berikut :

1. Rapat anggota

2. Pertemuan non formal yang ada dalam organisasi

3. Pertemuan rutin

4. Upacara

Adapun hal yang perlu dikenalkan meliputi identitas anggota baru dan latar belakang.

H. Teknik Menciptakan Disiplin Kelompok

Teknik menciptakan disiplin kelompok juga merupakan bagian penting. Dengan adanya system tertentu, peraturan dan sanksi maka bawahan akan dapat lebih diatur dan didisiplinkan. Pemimpin dalam hal ini dituntut untuk dapat menciptakan peraturan, menerapkan peraturan secara baik, memberikan teladan kepada bawahan dalam mentaati peraturan serta menciptakan sanksi untuk menekan terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

I. Teknik-teknik Mempengaruhi.

Mempengarui anak buah merupakan pekerjaan pemimpin. Agar anak buah mengakui apa yang dikehendaki oleh pemimpin, serta dapat memenuhi apa yang diharapkan, maka diperlukan proses untuk mempengaruhi. Dalam mempengaruhi anak buah dipergunakan sebuah teknis yang tepat. Dengan teknik mempengaruhi secara tepat, akan memudahkan pencapaian sasaran dari pesan yang disampaikan tersebut. Ada lima teknik mempengaruhi yaitu :

1. Suggestion (sugesti)

2. Persuasive argument

3. A show of affectionate devotion

4. Imitation (Peniruan)

5. Docummentair (Dokumen, tulisan, panflet dll)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar